Selasa, 19 April 2011

SIRAH NABAWIYAH



PEMBOIKOTAN SECARA MENYELURUH
PADA MASA RASUL
Ringkasan bab II buku Sirah Nabawiyah
Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury

Selama empat pekan, tepatnya selama jangka waktu yang relatif singkat, ada empat kejadian besar di mata orang-orang musyrik yaitu Hamzah masuk Islam,disusul Umar,Muhammad Saw menolak tawaran mereka dan kesepakatan bersama yang dijalin Bani Al-Muthalib dan Bani Hasyim.Orang-orang musyrik berkumpul di perlampungan Kinanah untuk membuat kesepakatan bersama menghadapi Bani Hasyim dan Bani Al-Mutholib.Isinya larangan menikahi,berjual beli,berteman, berkumpul, memasuki rumah, berbicara dengan mereka, kecuali mereka dengan suka rela menyerahkan Muhammad Saw untuk di bunuh.
Ibnul Qayyim berkata,”Ada yang berpendapat,piagam itu ditulis Manshur bin Ikrimah bin Amir bin Hasyim. Ada pula yang berpendapat dia adalah Nadr banal-Harits.Yang benar dia adalah Baghidh bin Amr bin Hasyim.Rasulullah berdo’a untuk kemalagnannya,hingga tangannya menjadi lumpuh.Piagam selesai dibuat,kemudian diletakkan di tembok bagian dalam Ka’bah. Kaum mukmin dan kafir dari  kedua kaum tersebut bergabung kecuali Abu Lahab.Mereka mulai diisolir di Syi’ib Abu Thalib pada awal Muharram tahu ke tujuh dari nubuwah.
Pemboikotan itu benar-benar ketat,cadagan dan bahan makanan habis.Kaum musyrik tidak membiarkan makanan masuk ke Mekah,mereka hanya bias makan dedaunan dan kulit hewan.Pada bulan-bulan suci saja makanan bisa masuk makanan yang dijual kafilah dari luar,ketika jatuh pada penduduk Mekah harganya melambung tinggi.Abu Thalib selalu khawatir pada malam hari ketika Rasulullah tidur,ia khawatir beliau ditikam tiba-tiba.
Genap tiga tahun keadaan berjalan,pada bulan Muharram tahun kesepuluh dari nubuwah[1],papan telah terkoyak dan isinya terhapus.Kaum Quraisy terbagi dua ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju,yang  setuju adalah Hisyam bin Amr dari bani Amir bin Lu’ay berkata pada Zuhair wahai Zuhair,engakau enak-enakan menikmati makanan dan minuman,sementara engkau juga tahu apa yang menimpa paman-pamanmu.Kemudian bergabung pula Zuhair,Al-Muth’im bin Adi dan Abul Bakhtari mereka sepakat untuk membatalkan piagam.Mereka mempublikasikan kepada masyarakat unuk merobek piagam tersebut,Abu Jahal yang berada di pojok masjid berkata”Engakau pendusta.Demi AAllah piagam itu tidak boleh dirobek.”
“Engkau jauh lebih pendusta,”kata Zam bin Al-Aswad,”sebenarnya dulupun kami tidak rela saat piagam itu ditulis.”Zam’ah berkata  dahulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu dan kami juga tidak menetapkannya.Dibenarkan oleh Abul Bukhtari,disusul Al-Mith’im.Saat itu Abu Thalib hanya duduk di pojok masjid.Dia merasa perlu menemui mereka karena Allah telah mengisyaratkan kepada Rasul-Nya masalah piagam ini dan juga mengirimkan rayap untuk memakan papan piagam itu.Beliau menemui orang Quraisy dengan mengatakan bahwa anak saudaranya telah mengatakan begini dan begitu.”Jika dia bohong,kita biarkana apa yang ada di antara kalaian dan dia.Namun jika benara maka,kalian harus berhenti memboikot dan berbuat semena-mena terhadap kami,”kata Abu Thalib.”Eangkau adil kata mereka.Perkataa Abu Thalib didengar orang-orang dan Abu Jahal.Lalu Muth’im bangkit dan mengahampiri piagam dan siap untuk merobeknya.Dia melihat rayap-rayap memakan isinya,kecuali penggalan kata tulisan”Bismika Allahumma” dan setiap kata yang ada kata”Allah”,juga tidak termakan rayap.
Akhirnya papan piagam itu benar-benar tidaak robek dan dibatalkan Raulullah Saw dan pengikutnya keluar dari perkampungan.Kaum musyrik melihat tanda nubuwah,tetapi mereka seperti yang diberitahukan Allah,

2. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".


[1] Buktinya,karena Abu Thalib meninggal enam bulan setelah pembatalan piagam,tepatnya pada bulan Rajab.Kalaupun ada yang berpendapat bahwa dia meninggal dunia pada bulan Ramadhan,berarti meninggalnya itu selang delapan bulan setelah pembatalan piagam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar